Pernahkah kamu merasa ada sesuatu yang kosong jauh di dalam dadamu, meskipun semua kebutuhan duniamu sudah terpenuhi? Fitrah Manusia dalam Islam adalah kompas spiritual alami yang Allah tanamkan di setiap hati sejak kita masih berada dalam alam ruh, sebuah kerinduan orisinal untuk selalu terhubung dengan Sang Pencipta.
Sobat, rasa hampa atau gelisah yang kadang muncul tanpa alasan itu sebenarnya adalah “sinyal” dari jiwamu. Ia sedang memanggilmu untuk kembali ke rumah aslinya. Mari kita mengobrol santai sejenak, mendinginkan hati, dan memahami mengapa mengenal fitrah adalah kunci dari segala penyembuhan diri (self-healing) yang sesungguhnya.
Mengenal Apa Itu Fitrah: “Insting” Bertuhan Kita
Secara bahasa, fitrah berasal dari akar kata fathoro yang berarti “membelah” atau “menciptakan”. Dalam konteks spiritual, fitrah adalah kondisi murni saat manusia pertama kali diciptakan. Kita tidak lahir sebagai kertas kosong, melainkan sebagai kertas yang sudah tertuliskan nama Allah di dalamnya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an mengenai ketetapan ini:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30).
Ayat ini menegaskan bahwa setiap kita memiliki kecenderungan alami untuk mencari kebenaran, mencintai kebaikan, dan mengakui adanya kekuatan Tuhan. Inilah mengapa, saat kita berbuat baik, hati merasa lapang, dan saat berbuat buruk, hati merasa sesak.
Mengapa Kita Sering Merasa Kehilangan Arah?
Jika setiap manusia lahir dengan fitrah yang murni, kenapa banyak orang yang merasa tersesat atau jauh dari agama? Rasulullah SAW memberikan jawaban yang sangat menyentuh dalam sebuah hadis:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lingkungan, trauma masa lalu, ambisi duniawi yang berlebihan, dan tontonan yang kita konsumsi sehari-hari seringkali menjadi “debu” yang menutupi cermin fitrah kita. Debu itu tidak menghilangkan fitrah, ia hanya menutupinya. Itulah sebabnya, sedalam apa pun seseorang jatuh dalam lubang kesalahan, selalu ada keinginan kecil untuk “pulang” dan menjadi orang baik kembali.
3 Rahasia Kembali ke Fitrah untuk Hidup Lebih Damai
Sebagai panduan bagi kamu yang sedang merintis jalan kembali, berikut adalah tiga langkah mendalam yang bisa kamu lakukan:
1. Berlatih “Jeda” dan Mendengarkan Suara Hati
Dunia hari ini terlalu bising. Kita terlalu sering mendengarkan pendapat orang lain, tren media sosial, atau tuntutan pekerjaan. Untuk kembali ke fitrah, kamu butuh waktu diam.
- Gunakan waktu setelah shalat subuh atau di sepertiga malam untuk benar-benar hening.
- Tanyakan pada dirimu: “Apa yang sebenarnya dicari oleh jiwaku?”
- Seringkali, jawaban Allah hadir dalam keheningan tersebut.
2. Membersihkan “Karat” Hati dengan Istighfar
Fitrah ibarat emas, dan dosa adalah karatnya. Istighfar bukan sekadar ucapan lisan, tapi proses pembersihan jiwa. Saat kamu rutin meminta ampun, perlahan beban di pundakmu akan terasa ringan. Kamu akan mulai merasakan kembali kebahagiaan-kebahagiaan sederhana yang selama ini tertutup oleh kegelisahan.
3. Menghubungkan Diri dengan Wahyu (Al-Qur’an)
Al-Qur’an disebut sebagai Dzikr (Peringatan). Mengapa? Karena ia mengingatkan apa yang sebenarnya sudah ada di dalam fitrah kita. Membaca Al-Qur’an dengan pemahaman adalah cara tercepat untuk menyelaraskan kembali frekuensi jiwamu dengan frekuensi ketuhanan.
Fitrah Sebagai Metode Self-Healing Terbaik
Banyak orang mencari ketenangan melalui meditasi, liburan, atau hobi. Itu tidak salah, namun sifatnya hanya sementara. Fitrah Manusia dalam Islam menawarkan penyembuhan yang permanen karena ia menyentuh akar masalahnya: keterpisahan ruh dengan Tuhannya.
Berikut adalah poin-poin mengapa kembali ke fitrah adalah self-healing terbaik:
- Menerima Diri Sendiri: Kamu sadar bahwa kamu adalah ciptaan Allah yang istimewa, bukan hasil dari standar manusia.
- Rasa Aman: Mengetahui bahwa Allah selalu bersamamu (Muraqabah) menghilangkan kecemasan akan masa depan.
- Makna Hidup: Kamu tidak lagi hidup hanya untuk makan dan bekerja, tapi untuk menjadi rahmat bagi semesta.
Bagaimana Cara Menjaga Fitrah Tetap Bercahaya?
Sobat, menjaga fitrah adalah perjuangan seumur hidup. Agar “cermin” jiwamu tidak kembali tertutup debu, cobalah konsisten melakukan hal-hal berikut:
- Jaga Lingkungan: Berkumpullah dengan orang-orang yang mengingatkanmu pada kebaikan.
- Jaga Konsumsi Visual: Apa yang kamu lihat akan turun ke hati. Pilihlah tontonan yang membangun iman.
- Terus Belajar: Rasa ingin tahu yang tinggi tentang agama adalah ciri fitrah yang sehat. Jangan pernah berhenti menuntut ilmu.
Kesimpulan
Memahami Fitrah Manusia dalam Islam adalah tentang menyadari bahwa kita semua punya benih kesucian di dalam diri. Sejauh apa pun kamu melangkah pergi, jalan untuk pulang selalu terbuka lebar. Allah tidak pernah meninggalkanmu; mungkin kamulah yang selama ini lupa menoleh ke dalam hati.
Kembali ke fitrah adalah perjalanan cinta. Ia akan membawamu pada titik di mana kamu tidak lagi merasa takut pada dunia, karena hatimu sudah “penuh” dengan kehadiran Sang Pemilik Kehidupan.
Ingin memperdalam wawasan tentang manajemen hati, tips istiqomah, atau informasi seputar kehidupan Muslim masa kini lainnya? Yuk, baca artikel inspiratif lainnya di website umroh.co.
Temukan ratusan panduan keislaman yang dikemas secara humanist dan mendalam untuk menemanimu menjadi versi terbaik dari dirimu. Sampai jumpa di perjalanan spiritualmu, sobat!
Klik umroh.co sekarang dan temukan kedamaian jiwamu hari ini!




